Perhatian perusahaan terhadap masalah sosial dan bantuan untuk menyelesaikannya tidak bisa dikatakan sebagai sekedar pilihan, melainkan wajib. Ada alokasi dana sosial yang harus disisihkan dari keuntungan perusahaan berupa CSR (Corporate Social Responsibility)...
Perhatian perusahaan terhadap masalah sosial dan bantuan untuk menyelesaikannya tidak bisa dikatakan sebagai sekedar pilihan, melainkan wajib. Ada alokasi dana sosial yang harus disisihkan dari keuntungan perusahaan berupa CSR (Corporate Social Responsibility). Peruntukan dana CSR ini biasanya untuk pembinaan lingkungan, baik berupa bantuan kesehatan, pendidikan, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan.
Seiring berkembangnya aksi donasi melalui pendanaan bersama (crowdfunding) yang menawarkan berbagai kelebihan, kini CSR bisa melirik platform digital tersebut. Mengapa dana CSR cocok disalurkan melalui situs crowdfunding? Ada 3 sebabnya.
Prakteknya, crowdfunding membuka kesempatan publik berkontribusi dalam bentuk apapun. Ini disebut “kolaboratif” dalam crowdfunding. Kontribusi bisa berupa usulan program, dana, tenaga, ilmu & juga sekedar ’sumbangan jempol’ utk LIKE & SHARE. Tentu paling banyak kontribusi publik dalam bentuk uang. Mereka terdiri donatur individual maupun lembaga/ corporate.
Sebagai contoh, sekitar 97% donasi di salah situs crowdfunding Indonesia, Qoloni, saat ini berasal dari lembaga/ organisasi/ perusahaan, baik dana CSR maupun dana kelolaan lembaga amil dan zakat berupa infak dan sedekah yang luas tujuan penggunaannya. Di Indonesia masalah paling besar dalam penyaluran dana CSR adalah dalam hal database program. Akibatnya perusahaan tak punya info akurat kemana bantuan disalurkan. Situs crowdfunding seperti Qoloni bisa mengatasi masalah tersebut. Dengan usulan dari publik, detil program bisa didapatkan hingga lokasi & kebutuhan dananya
Qoloni juga memposting data program yang harus jelas dan otentik data diri pengusul & penanggungjawabnya, bahkan harus melampirkan KTP, serta alamat program dan detilnya telah terverifikasi. Maknanya, program yang telah terpublikasi bisa dipastikan valid untuk dibantu.
Selain itu, crowdfunding biasanya melibatkan publik dari awal proses hingga selesai, mengajak terlibat sejak penggalangan program hingga penyalurannya. Ini mendorong terjadinya ‘public ownership’. Bagi perusahaan, keterlibatan publik dalam program CSR yg dijalankannya akan mendongkrak image/ reputasi.
Melalui digital platform donasi, program yang akan dibantu CSR perusahaan juga akan otomatis terpublikasi. Promosi adalah bagian aksi sosial dan pertanggung jawaban perusahaan kepada publik. Program akan ‘published’ ke rmember dan relawan yang telah terdaftar.
Bisa dibilang ketinggalan jaman sebuah program CSR yang hanya berisi seremoni pejabat perusahaan, jepret-jepret foto lalu masuk advertorial di koran dan majalah. Ini menggugurkan kewajiban, tapi tidak optimal. Melalui online platform, program CSR sudah bisa diketahui publik sejak berupa usulan program hingga penyerahan bantuan.
Terakhir, yang tak kalah penting adalah transparansi pelaksanaan program & akuntabilitas berupa laporan. Crowdfunding menyediakan fitur laporan yang terbuka dan ‘auditable’. Semua evidence & bukti pelaksanaan program akan terupload sekaligus berguna sebagai laporan. Ibaratnya, tak perlu membongkar arsip laporan karena semua sudah jelas terpampang di online menu.
Itulah 3 hal yang menjadi ciri online donation seperti crowdfunding sehingga perusahaan pantas salurkan dana sosialnya melalui platform sejenis Qoloni. Saat ini, banyak hal yang masih harus ditingkatkan untuk menarik lebih banyak partisipasi publik, seperti kata CTO dan founder Qoloni Kurniawan Mahdi, “Kami ingin memudahkan donasi publik dengan online payment. Agar di berbagai titik interaksi donasi publik bisa dilakukan. Upaya kesana sedang kami upayakan.”
(Endy)