Dikenal sebagai Authormaker.
Karena visi hidupnya “Di tahun 2060, 7 dari 10 penulis di Indonesia ketika ditanya siapa
gurunya, mereka akan menjawab Brili Agung.”
Dia menjadi
mentor menulis di Program Kelab Penulis Muda dan Mentoring Menulis Online.
Sudah puluhan alumni terbit bukunya setelah dibimbing olehnya.
Sudah
melanglang buana ke seluruh pelosok Indonesia dan ASIA untuk memberikan
training di perusahaan multinasional. Dia
juga mencetak puluhan penulis lewat Inspirator
Academy. Di sana ia menjadi guru untuk semua yang ingin menginspirasi lewat
tulisan.
Brili Agung juga sudah menulis 17 buku (Jangan Bodoh
Mencari Jodoh, Mencintai Tak Bisa Menunggu, Reborn : JBMJ, Seni Memantaskan
Diri, ME, Sebuah
Novel berjudul PETAKA dan lainnya).
Brili juga
menjadi ghost dan co-writer puluhan trainer, pengusaha dan artis nasional.
Jika Anda membutuhkan solusi agar buku Anda bisa
segera terbit, Brili Agung bisa dikontak di
E-mail
: brili@inspiratoracademy.com
Twitter
: @BriliAgung
HP/WA
: 087877859177
Pin BB : 5A7A6191
Jika kita lihat di sekeliling kita, banyak anak muda yang memilih untuk bekerja setelah lulus SMA. Bukan karena keinginannya, namun keadaan memaksanya.
Mereka memilih mengambil tanggungjawab sebagai tulang punggung keluarga. Mereka menunda pendidikannya agar mampu membiayai orang tuanya, adik-adiknya dan kebutuhan sehari-hari. Sosok seperti inilah sesungguhnya pahlawan keluarga sesungguhnya.
Mereka tidak egois. Mereka memilih untuk membuka jalan bagi adik-adiknya untuk sukses. Walaupun harus mengubur impiannya untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Beasiswa ini bertujuan untuk memenuhi hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Mereka tetap bisa bekerja dan memberikan hasilnya untuk keluarga. Namun kesempatan untuk lanjutkan pendidikan tidak boleh lepas begitu saja. Peran kitalah yang bisa membuat impian mereka jadi nyata.
Sesungguhnya ini adalah investasi jangka panjang. Karena ketika mereka sukses mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, mereka bisa memberikan penghidupan yang lebih layak bagi keluarganya. Sekaligus role model yang ideal bagi adik-adiknya dan generasi yang lebih muda.
Namanya Aprilia Rahma. Gadis berusia 23 tahun menjalani kehidupan yang tak semanis kue yang dijajakannya setiap hari. Setelah lulus SMK, dia terpaksa mengubur impiannya untuk lanjut kuliah seperti teman-temannya karena ayahnya tidak lagi menafkahi keluarganya. Dia memilih untuk bekerja menafkahi dua adiknya dan Ibunya. Jika dia tidak bekerja siapa yang membayar listrik, membeli makan untuk keluarganya dan membiayai sekolah adik-adiknya?
Jadilah dia menjadi salah satu pegawai di pusat perbelanjaan. Setelah bekerja, dia membuat kue untuk dia jajakan. Semua dia lakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Saat ini dia resmi menjadi tulang punggung keluarga.
Tahun demi tahun berlalu, tim Inspirator Academy sering membeli kue dan pesan catering dari Rahma. Mendengar ceritanya, timbul ide pada kami untuk mendorongnya meencoba kuliah. Tapi pertimbangannya adalah nanti dia tidak bekerja karena harus kuliah. Dan darimana biaya untuk kuliahnya?
Setelah diyakinkan, saat ini dia hanya berjualan kue. Jadi dia punya cukup waktu untuk kuliah. Kami sudah mendorongnya untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa di mercubuana Jakarta. Setelah diseleksi, dia lulus. Dan biaya kuliahnya sampai lulus setelah dihitung mencapai 35 juta . Atau sekitar 6 juta pers semester. Tentu saja kami merasa bertanggungjawab untuk memberkan hak pendidikannya. Biarlah uang keuntungannya berjualan kue tetap menjadi hak keluarganya.
Uang untuk kuliahnya kami akan menggalang beasiswa untuknya.
Sasaran program ini adalah anak muda yang menunda kuliah demi menjadi tulang punggung keluarganya. Kedepannya tim kami akan lebih banyak hunting anak muda seperti Rahma. Karena mereka adalah pahlawan keluarga sesungguhnya.
Kami tidak akan memberikannya langsung uangnya. Namun kami akan membayarkan biaya per semesternya langsung ke kampus dia belajar. Sekaligus melakukan pendampingan selama kuliah hingga lulus. Beasiswa ini akan dicabut jika dia tidak berkomitmen menyelesaikan kuliahnya atau absen melebihi batas minimal sesuai aturan kampus.
Jadi Faktor keberhasilan kami adalah ketika dia lulus kuliah dan program ini bisa membiayainya sampai lulus.